Kami melayani Vaksinasi, Suntik Vitamin, Perawatan Pasien dirumah lainnya di Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi, Sukabumi dan sekitarnya.

Rabies disebut juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan  saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. Penyakit ini telah dikenal sejak berabadabad yang lalu dan merupakan penyakit yang menakutkan bagi manusia karena penyakit ini selalu diakhiri dengan kematian. Penyakit ini menyebabkan penderita tersiksa oleh rasa haus namun sekaligus merasa takut terhadap air (hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik pada hewan maupun manusia, hampir seluruh pasien yang menunjukkan gejala–gejala klinis rabies (encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan rabies namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) sedini mungkin.

 

Agen penyebab rabies adalah virus dari genus lyssa virus dan termasuk ke dalam family Rhabdoviridae. Virus ini bersifat neurotropic, berbentuk menyerupai peluru dengan panjang 130 – 300 nm dan diameter 70 nm. Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet, pengaruh keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan kloroform, Na deoksikolat, dan air sabun (Akoso, 2007). Oleh karena itu sangat penting melakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun sesegera mungkin setelah gigitan untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan.

 

Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Di dunia sebanyak 99% kematian akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing. Di sebagian besar negara berkembang, anjing merupakan reservoir utama bagi rabies sedangkan hewan liar yang menjadi reservoir utama rabies adalah rubah, musang, dan anjing liar. Di Indonesia, hewan yang dapat menjadi sumber penularan rabies pada manusia adalah anjing, kucing dan kera namun yang menjadi sumber penularan utama adalah anjing, sekitar 98% dari seluruh penderita rabies tertular melalui gigitan anjing. Masa inkubasi penyakit rabies sangat bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3 – 8 minggu. Menurut WHO (2007) disebutkan bahwa masa inkubasinya rata-rata 30 – 90 hari. Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a) Jenis/strain virus rabies.
b) Jumlah virus yang masuk.
c) Kedalaman luka gigitan, semakin dalam luka gigitan kemungkinan virus rabies mencapai sistem saraf semakin besar.
d) Lokasi luka gigitan, semakin dekat jarak luka gigitan ke otak, maka gejala klinis akan lebih cepat muncul. Oleh karena itu luka gigitan di daerah bahu ke atas merupakan luka risiko tinggi.
e) Banyaknya persarafan di wilayah luka.
f) Imunitas dari penderita.
Gejala klinis rabies akan timbul setelah virus mencapai susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik, hipotalamus dan batang otak. Virus rabies bersifat neurotrofik, yang berarti predileksinya pada sistem saraf. Virus ini berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum muncul gejala klinis rabies.

 

Pencegahan penularan rabies pada manusia adalah dengan memberikan tatalaksana luka gigitan hewan penular rabies, sebagai berikut:
1. Pencucian luka
Pencucian luka dengan menggunakan sabun merupakan hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran atau gigitan) terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan. Seperti telah dipaparkan dalam sifat virus rabies dimana virus dapat diinaktivasi dengan sabun karena selubung luar yang terdiri dari lipid akan larut oleh sabun.

2. Pemberian Antiseptik
Setelah dilakukan pencucian luka sebaiknya diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan diantaranya povidon iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.

3. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) Dan Serum Anti Rabies (SAR)
Tujuan pemberian vaksin anti rabies adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralisasi virus rabies. Namun bila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat pemberian vaksin anti rabies ini tidak akan memberikan manfaat lagi.

 

Rabies Treatment & Prophylaxis

Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP)
3 seri dose 0.5cc vaksin verorab
Hari ke 0, 7 dan 28


Post-Exposure Prophylaxis (PEP)
A. Pasien belum pernah divaksin dg vaksin rabies

Zagreb Schedule
     vaksin verorab: 3 seri dose 0.5cc hari ke 0 (2 x 0.5cc), 7, 21
     serum (RIG) diberikan pd Hr ke 0 (dose tergantung berat badan pasien)

B. Pasien sudah pernah mendapatkan vaksin rabies
Vaksin Verorab Dua dose 0.5cc pd hari ke 0 dan 3
Serum tidak perlu

 

Kalian bisa menanyakan kepada Prostasia dan tim dokter kami jika kalian mengalami kejadian yang beresiko kan anda terkena rabies. sehat selalu :)